RSS

kataku tentang Ta'aruf itu...

Bismillahirrohmanirrohiim...


Bermula dari keisengan dan keingin tahuan teman-teman semua kenapa belakangan aku main tolak aja setiap CV yang masuk tanpa melihat dari siapanya, dan terutama CV dari kakak Ketua FORMA, yang belum apa-apa udah bernasib na'as.. Maka terjadilah diskusi hangat di ordo pura-pura ninja malam tadi. Tentu saja tersangka utamanya adalah aku yang imut ini dan dewan sidangnya kak joe, kak firly, mbak nina dan bang jojo, dan satu-satunya pembela aku adalah dek nisa (kesian banget gue dibelain satu orang) terpaksalah aku harus jujur, kalau aku  memang dalam proses ta’aruf dengan seseorang yang belum boleh disebutkan namanya apalagi diperlihatkan wujudnya (halaah, alasan lagi) dan entah kenapa sekarang aku jadi banyak ngak setujunya dengan mereka klo udah bahas masalah ta'aruf. *sigh*

Apalagi statement dari kak joe yang buat aku pedes nya level 5. "halaaah masih ta'aruf ini juga, kenapa harus fokus dengan dia aja, kan masih boleh terima CV dari yang lain, tuh buktinya ustadzah lina sama ustadzah fauzah masih ngasi kamu CV kan?" (ni si kakak tau darimana coba? Klo duo ustadzahku mengajukan calon?)

Baiklah kakak-kakak, sesuai janji aku, aku akan membahasnya panjang lebar kali tinggi sama dengan luas dalam bentuk tulisan. Dengan harapan kalian bisa mengerti jalan pikiranku dan bisa mengerti keinginan hatiku yang terdalam sebagai “tersangka” dalam kasus ini (emang apa’an coba?)

Buat aku masalah ini bukan hanya sekedar harus focus pada satu orang saja. Tapi lebih kepada komitmen dan sikap. Aku sih gak menyalahkan orang-orang yang bisa menjalankan proses ta'aruf lebih satu bahkan sampe beberapa orang sebelum memutuskan khitbah. Tapi jujur aku pribadi gak bisa seperti itu. Ada beberapa alasan dan prinsip yang membuat aku tak bisa melakukan itu.

Pertama, aku hanya ingin belajar setia. Iyaa, hanya ingin setia. Mungkin buat bang jojo dan kak firly ini terlalu berlebihan, tapi buat aku pribadi ini sangat penting. Karena ini langkah awal, klo dilangkah awal aja aku gak bisa setia dengan satu pilihan alias satu jalan.. Nah bagaimana nanti, saat godaan dan masalah semakin banyak? Maksud aku disini bukan setia pada orangnya, (yaa iyalah orangnya kan belum ada ikatan pasti)  tapi yang aku maksud setia disini adalah setia pada "proses"nya. “ Lhoo kan ngak salah klo ta’aruf juga dengan yang lain? Sah-sah saja kan?”. Okeey, menurut kakak-kakak semua, bahkan menurut sebagian orang itu memang sah-sah saja. Alias perkara Mubah, tapi buat aku. Itu bukan biasa-biasa saja, itu perkara yang berat. Jadi jangan memilih memaksa aku…..(siap-siap dibantai bang jojo dan kak firly)

Alasan kedua, aku bukan nyari yang terbaik, tapi hanya ingin menjadikan yang aku pilih menjadi yang terbaik. Fine, dialasan ini aku mendapat banyak kritikan keras dari kakak-kakak ini, but this my choice. Karena buat apa aku mencari yang terbaik, kalau seandainya nanti dia juga mencari yang terbaik buat dirinya. Atau parahnya sekarang dia emang yang terbaik, tapi justru aku membuatnya menjadi tak lebih baik dari sekarang.
Inginku hanya sederhana, siapun dia, bagaimanapun dia, jika memang udah aku putuskan menjalani proses ini dengan dia, berarti aku sudah siap dengan segala konsekwensi.. Siap menerima segala kekurangannya dan menjadikan dia yang terbaik.  Jadi aku tak butuh banyak CV untuk membanding-bandingkan dia dengan yang lainnya. Karena sama seperti dia, akupun punya kekurangan. Jadi aku tak ingin menilai seseorang dititik terlemahnya.

Alasan ke tiga. Sebagaimana firman Allah dalam surat Asy-Syarh ayat 7  “Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain”. Aku ngak bisa membayangkan aja, jika aku menerima banyak CV untuk proses ta'aruf, itu artinya aku tidak menyelesaikan persoalan satu persatu tapi malah membuat persoalan menjadi lebih rumit dan lebih banyak. Dan aku lebih kasian lagi pada hati dan fikiranku yang akan bekerja lebih berat dari biasanya.

Hanya berproses dengan satu orang aja itu udah bikin hati dan fikiran bekerja keras untuk menganalisa kesanggupan dan kemampuan diri sendiri dalam menerima dia kelak. Ngak kebayang deh klo proses ini dijalankan dengan beberapa orang sekaligus? Buat aku itu akan membingungkan, dan cendrung membuat penilaian terhadap diri sendiri dan terhadap dia menjadi tidak objektif. Jadinya lebih kepada perbandingan secara logika, fisik dan nafsu. Apa yang harus aku jelaskan ke Allah nanti jika atau seandainya aku harus memutuskan untuk memilih salah satu dengan alasan “fisik”, “jabatan”, “orang tua”. Sementara aku sangat tau, hal-hal seperti itu tidak seharusnya menjadi alasan untuk memutuskan sebuah proses ta’aruf, karena itu berada diluar kekuasaan dia sebagai manusia. Sekali lagi aku ngak menyalahkan klo ada yang mampu menjalankan hal seperti itu, tapi yang pasti bukan aku orangnya, karena aku ngak sanggup klo harus seperti itu… sekali lagi, maaf kakak, aku tak bisa seperti itu.

Lantas ketika mbak Nina dan kak firly sepakat berkomentar "Tapi kalau kamu berprinsip begitu kemungkinan kamu kecewa, dan dikecewakan akan lebih besar? Karena belum tentu dia setia pada proses yang dijalankan bisa jadikan dia sedang berproses juga dengan yang lain?"

Silahkan siapa mau berkata apa, tapi inilah komitmen, sesuatu yang melampaui segala bentu perbedaan,perselisihan maupun pertengkaran karena ia tak dapat dihancurkan oleh kekurangan, kelemahan maupun keterbatasan lahiriah. Itulah komeimen menurutku. inilah pilihanku, karena aku tau aku tak bisa memaksa dia pun sepakat dengan prinsipku, karena aku tak bisa memaksa dia melakukan hal yang sama dengan yang aku lakukan. Karena aku ngak bisa mengontrol tindakan dia, maka semua kembali kepada dia. Tapi aku masih bisa mengontrol diriku, bisa mengontrol sikapku,bisa mengontrol tindakanku makanya ku lakukan semua ini. Karena kendali untuk melukai atau tidak melukai, kendali mengecewakan atau tidak mengecewakan sepenuhnya ada ditangan kita masing-masing. Makanya aku putuskan untuk tidak akan membuat dia terluka atau kecewa semampuku.

Urusan sikap dan tindakan dia akan melukai atau mengecewakan aku nantinya kan kembali ke dia nya lagi, kembali ke pilihannya masing-masing. Bukankah siapa yang menanam dia yang akan menuai? Lantas apa yang harus aku takutkan untuk rasa kecewa yang pasti memang diizinkan Allah klo itu terjadi nanti?
"Apa yang membuat kamu sebegitu yakinya dan tenangnya menjalankan proses hanya dengan satu orang, atau jangan-jangan kamu sudah jatuh cinta duluan kepada dia?" Begitulah kak joe dan mbak nina terus berusaha mengubah fikiranku.. apa yang harus aku khawatirkan? Aku merasa ini sudah dijalan yang benar, sesuai dengan prosedur yang benar, dan aku berusaha dengan benar, lantas adakah alasan untuk aku menjadi tidak tenang? Adakah alasan untuk tidak yakin? Justru dengan seperti ini aku menemukan keyakinan yang penuh. Tidak banyak hal yang harus aku fikirkan dan aku pertimbangkan. Lagian aku yakin mengenal lebih dekat tak perlu dengan pacaran atau jatuh cinta duluan, toh rasa cinta tumbuh nanti setelah nikah, bukan saat ini. lantas alasan apalagi? Justru aku akan merasa sangat tidak tenang dan sangat tidak yakin jika dipaksa harus menjalankan proses ini dengan banyak orang.

“lantas apa hubungannya dengan kamu tiba-tiba keluar dan mengundurkan diri dari FORMA?” ini memang menjadi tanda Tanya besar untuk kalian semua, terutama anak-anak FORMA, dimana pelaksanaan puncak acara FORMA hanya hitungan minggu, tiba-tiba aku memutuskan untuk hengkang dari kepengurusan inti. Maka dengan ini anggaplah aku sedang mengklarifikasi issue yang berkembang diluar. terserah kalian akan menganggap ini lebih mengedepankan masalah pribadi dibanding kepentingan bersama. Tapi aku sungguh merasa tidak nyaman berada dalam kepentingan bersama yang didominasi kepentingan pribadi. dibeberapa rapat terakhir aku lebih memilih untuk tidak hadir karena aku merasa semua sudah tidak seperti diawal. Anggaplah aku masih lugu dan tidak mengerti maksud kalian semua. Tapi aku tidak bodoh untuk bisa memahami ada unsur kesengajaan menjebak aku untuk selalu berada dekat dan dibawah komando “si kakak Ketua”. Kenapa semua sepakat menolak saat aku memutuskan untuk pindah ke devisi lain? Padaha aku tau kondisi diriku, aku paham sekali kemampuanku, dan aku merasa tidak berbuat apa-apa kalau tetap berada di devisi ini. tapi kenapa kalian tetap menginginkan aku bertahan disana. Dan tak lama setelah itu, tiba-tiba mbak Nina membawakan CV si kakak ketua. Lantas apa maksudnya semua itu? Padahal kalian tau pasti aku tidak akan bisa menerimanya. Jadi maaf, sebelum CV itu aku buka, sudah aku kembalikan kepada perantara. Keterlaluan memang. Tapi ini yang terbaik. Semakin cepat aku memberi keputusan akan semakin baik untuk dia menerima keputusan aku ini

Fine, klo semua itu dianggap terlalu berlebihan dan terlalu terburu-buru dalam memutuskan sesuatu masalah. Sehingga sedikit banyaknya kalian merasa kecewa dengan keputusan aku. Okeeey, aku minta maaf kalau itu salah dan melukai. Tapi tak ada yang terburu-buru disini, semua telah aku pikirkan sebelum aku putuskan mundur. Dan perlu aku jelaskan aku memutuskan mundur bukan karena kiriman CV itu, tapi benar-benar aku merasa tidak nyaman dengan aksi-aksi kalian yang harusnya tidak seperti itu. Aku bersyukur banget ada ditengah kalian, bersyukur dengan limpahan cinta dan kasih sayang dari kalian semua. Tapi ada hal yang tak bisa kalian paksakan. Dicintai seseorang di FORMA itu ibarat berjalan di tengah hujan buat aku. Aku memang tidak bisa menghentikan turunnya hujan, tapi aku bisa menghindar dari siraman hujan kan? Maka inilah pilihanku.. aku lebih memilih menghindar. Bukankah kita semua yakin dan percaya, tulang rusuk tidak akan pernah tertukar? Lantas apa yang perlu ditakutkan dengan keluarnya aku dari FORMA? Toh, sembangan ide dan pemikiran tetap mengalir untuk FORMA kan? Meskipun aku tak adalagi disana. Lagian klo emang aku dan si kakak ketua sudah ditakdirkan berjodoh, ntar juga ada jalannya, tapi jika emang tidak ditakdirkan berjodoh, maka sekeras apapun usaha kalian mendekatkan aku dengan dia tetap akan sia-sia (ampuuuuun yaaaa kakak-kakakku yang baik, bukan bermaksud durhaka :’()

Mungkin aku sangat berbeda dengan kebanyakan orang, dan aku yakin kakak-kakak semua pun merasa bingung dan sulit memahami jalan pikiran ku ini. tapi tolong yakin  dan percayalah, apapun yang aku lakukan ini, tentunya sudah melewati proses berfikir yang panjang dan mendalam, aku tidak minta banyak hal dari kakak-kakak semua kok.. cukup pahami keunikan ku ini. udah gitu aja. Sekalian Mohon do’anya semoga proses yang aku lakukan ini berjalan lancar, tidak melukai dan tidak menyakiti aku ataupun dia nantinya.

Sekali lagi, mohon ma’af yang sebesar-besarnya kalau kali ini kita tak sepakat, tapi ini tidak akan membuat cinta aku kepada kakak-kakak semua akan berkurang.. aku cinta kalian semua karena Allah.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

Followers