“Halo, Hati dan Diri! Apa kabarmu?”Diri, hari ini aku bercermin. Kulihat sosokku terpantul di sana. Tapi tetiba pertanyaan-pertanyaan ini terngiang di benakku.
“Sudah seperti apakah kamu hari ini, wahai Hati dan Diri? Semakin membaikkah? Semoga ya sayang”
Hai, Diri yang ada di cermin. Apakah kau sudah menjadi sosok perempuan sebagaimana yang kau inginkan ada pada sosok anak perempuanmu nanti?
Atau sosok yang kau inginkan ada pada sosok yang mendampingi suamimu atau anak laki-lakimu nanti?
Aku termenung, Diri.
Kusadari, segala perangaiku, cara berbicaraku, cara berpikirku itu yang kelak akan tercermin pada sosok-sosok keturunanku.
Terpatri pada benak anak-anakku kelak, terbayang pada imaji suami, anak perempuanku, anak laki-lakiku, pendamping anak-anakku.
Oh Diri, sungguh tak tega dan tak patut jika anak dan cucuku kelak harus mengenal sosokku yang masih penuh kekurangan seperti ini.
Hei, Hati. Ketika bercermin, aku melihat Diri dan ketika kutelisik lebih dalam, aku melihatmu di sana.
Apa kabar hari ini, Hati?
Merasa wangikah?
Hati-hati sayang, periksa kembali. Jangan-jangan itu bau dirimu yang terbakar oleh riya.
Apakah kau merasa besar hari ini, Hati? Periksa kembali sayang, mungkin kau tengah membengkak karena kesombonganmu.
Apakah kau merasa putih, Hati? Oh sayaaaang.. benarkah itu bukan warna nanah yang keluar darimu karena segala dosamu sayang?
Hati, Diri,
Aku menangis.
Aku menangis karena memandangi diriku sendiri dalam cermin. Tidak, bukan hanya aku yg ada dalam cermin itu, tapi bahkan keturunanku.
Aku meminta maaf, wahai Hati dan Diri. Sepatutnya aku menjagamu dengan sebaik-baiknya demi keberkahan keturunanku.
Amanah yang kau pikul amat besar, Hati, Diri.
Bersabarlah, dan teruslah berupaya sebaik-baiknya demi cantiknya Dirimu, demi lembutnya Hatimu.
Kau tak sendiri, wahai Hati yang seringkali merasa susah, wahai Diri yang seringkali merasa lelah.
Ada Dia, Sang Pencipta kita yang menemanimu.
Ada wajah-wajah suami dan keturunan yang mendambakan kehadiranmu dengan sepenuh harap.
Kuatlah dan jadi yang terbaiklah, Sayang.
Demi suamimu, demi anak-anakmu, demi Diri dan Hatimu sendiri.
Wahai cermin, jadilah saksi bangunnya Hati dan Diri yang sudah lama terlelap. Dan berkatalah wahai Hati dan Diri,
”Aku BISA menjadi lebih baik ! “
0 komentar:
Posting Komentar