RSS

Maksa

  • A : kata orang jodoh itu harus sehidup semati
  • B : oh ya? Ntar kalo aku matinya duluan, kamu ngapain?
  • A : ya ngubur kamu
  • B : terus?
  • A : doakan
  • B : doanya apa?
  • A : doa supaya kamu gak diganggu malaikat penjaga kubur
  • B : kok gitu?
  • A : karena walau pakai kain kafan, aku yakin wajahmu tetap cantik. :)
  • B : ishhh... Ngasal. Serius donk...
  • A : biarin, , , berdoa supaya amalku sebanyak amalmu. Yg bisa jadi bekal sama2 lagi di surga ntar
  • B : ooo... :D

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

memiliki yang tak termiliki

"In a romantic relationship, in your opinion, how far do we really own a person?"

Hmm.. Pertanyaan itu muncul dari seorang rekan ketika saya sedang melewatkan pagi hari dengan segelas kopi cokelat di tangan. Mau tak mau saya ikut kepikiran juga, sih. Iya juga, yah. Ketika kita sedang mejalin hubungan spesial dengan seseorang, let’s say hubungan asmara atau cinta-cintaan, seberapa jauh kita memiliki orang tersebut?

Dalam dunia ini, terutama dalam urusan yang menyangkut harta-harta tak bergerak seperti tanah atau bangunan, kita tahu bahwa seorang konsumen memiliki 2 hak atas harta-harta tersebut: hak milik dan hak guna. Bila merunut ingatan saya mengenai UU No. 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, hak milik merupakan hak absolut kepunyaan seseorang atas kepemilikannya terhadap suatu benda. Sedangkan hak guna adalah hak yang dimiliki seseorang untuk mempergunakan sesuatu yang bukan miliknya dalam jangka waktu tertentu. Kurang lebih sih kayak gitu sepemahaman saya.

Kenapa saya jadi nyerempet undang-undang? Abaikan.

Menyangkut benda/harta-harta mungkin kita bisa pakai itu hak milik dan hak guna. Tapi menyangkut seseorang, apa kita bisa benar-benar mempergunakannya? Termasuk bila sudah menyatu dalam suatu ikatan yang dilindungi hukum dan agama? Bisakah kita mengatakan bahwa dia sebenar-benarnya milik kita?
Hak milik adalah suatu otoritas penuh milik si pemilik atas sesuatu yang dimilikinya. Seseorang yang memiliki hak milik atas sehektar sawah, misalnya, berhak melakukan apapun atas sawahnya. Mau ditanami padi, palawija, hingga belukar, tak ada yang melarang. Mau dibiarkan, ditelantarkan, tak terawat, juga tak ada yang protes. Mau menjualnya pun, digadaikan dengan segenggam emas, tak ada yang bisa mencegah.
Sedangkan hak guna, yah seperti namanya, haknya cuma buat nggunain aja. Nggak lebih. Hak guna sawah, ya dia hanya bisa menggunakan sawah tersebut sejauh perjanjiannya dengan si empunya sawah. Kesepakatannya untuk ditanami padi selama setahun, yaudah dia menggunakan sawah tersebut untuk ditanami padi selama setahun itu. Not more than that.

Apakah terhadap seseorang kita bisa melakukannya juga? Apakah dengan kita mengikat seseorang dalam suatu ikatan maka dia sepenuh-penuhnya milik kita? Melakukan apa yang kita ingin untuk dia lakukan? Begitu juga, bila kita menjalin hubungan asmara dengan seseorang yang sebenarnya sudah “dimiliki” orang lain, apakah kita juga hanya bisa menggunakan sebatas “hak guna” saja atasnya? Hanya untuk diajak jalan, nonton, hang out, nongkrong, atau curhat?

Pagi itu saya tercenung… dan terdiam. Abjad seakan lumpuh dan area Brocca saya sejenak seperti mengalami kelemahan untuk menyusun kata.

Bila kau merasa tak pernah memiliki, kau takkan pernah merasa kehilangan”, hanya itu yang bisa saya katakan. Bukan sebuah jawaban memang.

Kenyataannya, perasaan memiliki sebenarnya bertaut erat dengan perasaan kehilangan. Atau setidaknya, perasaan takut kehilangan.

Dan sebenarnya, saya sendiripun sampai saat ini masih terus bergelut untuk melepas rasa takut kehilangan terhadap apapun dan siapapun. Membebaskan kegelisahan akan keposesifan yang berlebihan. Karena sesungguhnya, kita sebagai seorang manusia tak pernah memiliki apapun. Semuanya, masa lalu, masa sekarang, masa depan, tubuh sehat, karir cemerlang, pasangan menawan, anak-anak membanggakan, semuanya adalah milik Sang Maha Pemilik.

Kita, sebagai manusia, mungkin, adalah seorang konsumen yang kaya-raya dengan hak guna dan paling pandai menggunakan hak kita tersebut, tapi sering tak menyadarinya. Bukankan kita lahir telanjang? Bahkan kulit yang membalut tubuh kita pun sesungguhnya bukan milik kita.

Jadi, kenapa mesti harus takut kehilangan ketika sejatinya kita tidak memiliki apapun?
Hidup itu memang harus seimbang. Meskipun saya seringkali bertanya, in this case, apakah dengan mempunyai rasa memiliki dan rasa takut kehilangan dalam satu waktu itu mencipta suatu kesetimbangan?
Atau sebaiknya tak usah mencoba merasai apapun? Baik rasa memiliki atau rasa kehilangan? Bukan berarti tak berharap dan berdoa, namun mencoba untuk melepaskan diri dari keterikatan akan rasa “memiliki” yang melebihi porsi yang seharusnya. Karena rasa kehilangan itu, sungguhlah teramat sakit ketika dirasakan.
I’m surrender everything to You. Segalanya. Jika segalanya itu memang ditakdirkan untuk Kau pinjamkan kepadaku dalam jangka waktu tertentu sebelum kembali kepada-Mu lagi, maka ia akan datang kepadaku. Dengan segala upaya yang mungkin tak terbayangkan.

Ini kenapa postingannya jadi serius begini -________-

How far do we really own a person?” Entahlah. Karena saya tak tahu. Karena saya paham kita sebagai manusia sejatinya tidak memiliki apapun dan siapapun. Tapi saya ingin mengikatmu, menyemai cita dan kebersamaan bersamamu, dalam jangka waktu yang Dia tetapkan. Semoga Dia, Sang Maha Pemilik dan Sang Maha Kaya, meminjamkan kamu hanya untuk saya saja. Hanya untuk saya saja. Dalam tempo yang cukup lama…

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

rahasia penciptaan laki-laki dan perempuan dari sisi hadist dan medis

akhirnya menemukan jawaban yang memuaskan akal dan menentramkan jiwa atas pertanyaan selama ini..:')

Bermula dai seorang teman yang bertanya dengan memulai dengan asbabun nuzul (sebab turunnya ayat) satu ayat dalam Al Qur’an

Sa’id bin Jubair meriwayatkan dari Abdullah bin ‘Abbas, ia mengisahkan bahwa sejumlah orang Yahudi datang kepada Rasulullah n lalu mereka berkata, “Wahai Abul Qasim (maksudnya Rasulullah, red). Kami (akan) bertanya kepadamu tentang lima perkara, yang jika engkau mengabarkan kepada kami (tentang lima hal tersebut) maka kami percaya bahwa engkau adalah seorang nabi dan kami akan mengikutimu.”

Maka Rasulullah pun mengikat perjanjian dengan mereka sebagaimana Israil (Nabi Ya’qub) telah mengikat perjanjian dengan anak keturunannya di saat mereka mengatakan, “Allah adalah saksi terhadap apa yang kami ucapkan.” Kata Rasulullah, “Bertanyalah!”

Mereka bertanya, “Kabarkanlah kepada kami tanda seorang nabi.”
Beliau menjawab, “Kedua matanya tertidur namun hatinya tidaklah tidur.”
Lalu mereka bertanya lagi, “Kabarkan kepada kami bagaimana seorang wanita bisa melahirkan (anak) perempuan dan laki-laki?”
Beliau menjawab, “Apabila bertemu dua mani. Ketika mani laki-laki keluar mendahului mani wanita maka yang jadi (adalah anak) laki-laki dan apabila mani wanita keluar mendahului mani laki-laki maka yang jadi adalah wanita.

Mereka bertanya, “(Makanan) apa yang diharamkan oleh Israil (Nabi Ya’qub) terhadap dirinya?”
Beliau menjawab, “Beliau mengeluh dari makan (daging) maka beliau tidak mendapatkan (daging) yang sesuai kecuali susu yang demikian—yaitu unta—, maka dia pun mengharamkan dagingnya.”
Mereka bertanya lagi, “Kabarkan kepada kami tentang kilat.”
Beliau menjawab, “Malaikat dari malaikat-malaikat Allah yang ditugaskan mengarahkan awan, di tangannya ada cambuk dari api yang menghardik awan tersebut dan mengarahkannya berdasarkan perintah Allah”
Mereka berkata, “Lalu apa suara yang didengar itu?”
Beliau menjawab, “Suaranya.”
Mereka berkata, “Engkau berkata benar. Namun masih sisa satu pertanyaan yang dengannya kami memba’iatmu jika engkau mengabarkannya kepada kami. Sesungguhnya tidak (ada) seorang nabi melainkan dia mempunyai malaikat yang mendatanginya sambil membawa kabar (wahyu), maka kabarkanlah kepada kami siapa sahabatmu?”
Beliau menjawab, “Jibril”
Mereka berkata, “Jibril yang turun dengan peperangan dan siksaan, (dia adalah) musuh kami. Sekiranya engkau mengatakan Mikail yang menurunkan rahmat, tumbuhan, dan hujan (niscaya kami akan beriman).”
Maka Allah pun menurunkan ayat:

“Katakanlah, ‘Barang siapa menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya (Al-Qur’an) ke dalam hatimu dengan seizin Allah, membenarkan apa (kitab-kitab) sebelumnya, dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman’.” (al-Baqarah: 97)

Hadits ini diriwayatkan oleh al-Imam Ahmad, ath-Thabarani, dan yang lainnya, disahihkan oleh asy-Syaikh Muqbil al-Wadi’i dalam Shahih al-Musnad min Asbabin Nuzul, 21—22.

Dalam riwayat al-Imam Ahmad yang lain ketika menjelaskan tentang makanan yang diharamkan Israil bagi dirinya, beliau menjawab bahwa Israil ketika sakit parah dan itu berlangsung lama, dia bernadzar kepada Allah bahwa jika Allah menyembuhkannya maka dia akan mengharamkan (atas dirinya) makanan dan minuman yang paling disukainya. Di mana makanan yang paling disukainya adalah daging unta, adapun minuman yang paling disukainya adalah susu unta.

Ath-Thabari  berkata, “Telah sepakat para ulama ahli tafsir bahwa ayat ini turun sebagai jawaban bagi Yahudi dari Bani Israil ketika mereka menyatakan bahwa Jibril adalah musuh mereka sedangkan Mikail adalah penolong mereka.” (Tafsir ath-Thabari, 1/431)

Bagian yang berkaitan dengan medis adalah pertanyaan “bagaimana seorang wanita bisa melahirkan (anak) perempuan dan laki-laki?
Untuk menjawab secara medis, diskusi yang cukup hangat terjadi, kakak Satria dari team medis menjawab:

Kromosom laki-laki adalah XY sedangkan kromosom perempuan XX. Ovum wanita hanya menghasilkan X sedangkan sperma ada yang X dan sperma Y. Sperma X tahan lama terhadap asam tapi lambat. Disisi lain sperma Y tidak tahan lama tapi cepat geraknya. Maka ketika wanita belum keluar mani (saluran reproduksi belum terlalu asam) sperma Y yang gerak cepat dapat lebih dulu bertemu dengan ovum daripada sperma X sehingga jadi zigot dengan kromosom XY (laki-laki). Sebaliknya jika saluran reproduksi wanita terlalu asam krn mani, maka sperma Y banyak yang mati, sehingga kromosom X yang nantinya bisa ketemu ovum sehingga menjadi zigot XX (perempuan)

Ternyata, jawaban Rasulullah berupa “Apabila bertemu dua mani. Ketika mani laki-laki keluar mendahului mani wanita maka yang jadi (adalah anak) laki-laki dan apabila mani wanita keluar mendahului mani laki-laki maka yang jadi adalah wanita.” relevan dengan temuan medis saat ini. Yang dimaksud Rasulullah dengan dahulu-mendahului berkaitan dengan kemampuan cepat geraknya mani laki-laki (Y pada sperma) dibanding mani perempuan (X pada sperma) dan kondisi keasaman ovum dan lingkungannya.

~smoga bermanfaat dalam perencanaan #eh~

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

kualiah pra nikah ^^

Bismillahirrohmanirrohim
Suatu ketika ada seorang pemuda sholih juga seorang mujahid, yang berkata kepada ayah dan ibunya, “Duhai ayah dan ibu carikan aku seorang calon istri”. Kemudian ayah dan ibunya mencarikanya seorang wanita sholihah. Setelah pemuda itu dikabarkan bahwa kedua orang tuanya sudah menemukan calon istri untuknya, maka ia pun meminta untuk dikenalkan dan dilamarkan. Si pemuda itu begitu percaya pilihan kedua orang tuanya yang tidak akan memberikan anaknya keburukan.

Pada malam hari pernikahan, ternyata ia menemukan “cacat” atau sesuatu yg ia tidak sukai dari istrinya itu. Tetapi akhlaknya menghalanginya untuk berkata yg menyakiti hati istrinya itu. Namun, sang istri dapat melihat raut wajah suaminya yang berbeda itu. Kalimat yang dikatakan seorang istri yang sholihah itu sebagai respon atas ketidaksukaan suaminya itu adalah :

 wa ‘aasyiruuhunna bil-ma’ruf, fa in karihtumuuhunna fa ‘asaa an takrahuu syai’aw wa yaj’alallaahu fiihi khairan kasiiraan (QS. An Nisa:19)

 artinya : "Dan bergaulah dengan mereka dengan cara yg patut*, jika kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu padahal Allah menjadikan kebaikan yang banyak padanya"

 *Patut / ma’ruf= Sesuatu yg baik, istimewa menurut syariat juga menurut kebiasaan yg ada, jadi lebih spesial dari sekedar pengertian khair atau baik.
Akhirnya setelah ia mendengar jawaban dari istrinya itu, ia pun meyakini bahwa apa saja yang Allah katakan juga janjikan pasti benar. Malam itu pun terjadi sesuatu yg harusnya terjadi.
Beberapa hari setelah pernikahan mereka ternyata ada panggilan jihad untuk setiap pemuda muslim. Kemudian ia pun pergi ke medan jihad, namun sebelumnya ia berwasiat kepada istrinya, “jagalah kehormatanmu dan peliharalah rizki yg Allah anugerahkan kepada kita”
Intermezzo : Biasakan untuk para suami ketika harus pergi jauh untuk berwasiat karena tak akan pernah tahu apa yg akan terjadi dalam takdirNya

Ternyata waktu yg ditempuh suaminya dalam berjihad itu bukan sehari, seminggu, sebulan, atau setahun. Akan tetapi sebelas tahun. Woow… lamaaa yah. Ketika musuh sudah tertaklukkan dan meraih kemenangan dalam sebelas tahun perjuangan maka ia pun kembali ke kampung halamannya. Ayoo tebak kemana tempat yg ia tuju pertama kalinya?

 Warung di pasarkah karena lapar?? Atau rumah karena rindu yg begitu menggebu?? 

Ternyata ia menuju mesjid di kampungnya itu. Disana ia melihat ada kumpulan dari ustadz tua yg dulu ia kenal termangguk-mangguk mendengar uraian seseorang, karena penasaran ia menghapiri kumpulan mereka. Tenyata yang ia temukan adalah seorang anak yang usianya sekitar 10 tahun tengah menjelaskan uraian ayat juga hadist dengan begitu fasihnya.

 Rasa penasaran tentang siapa anak itu, membuatnya mengikuti anak tersebut sampai setiap langkah pulang anak itu. Setiap langkah anak itu membuatnya seolah kembali pada masa 11 tahun lalu, sebab jalan yang ia lalui sama dengan jalan2 yg pernah ia lalui dulu. Hingga anak itu berhenti di depan rumah yang ia tinggalkan dulu dan ada seorang wanita yang begitu ia kenal wajahnya, tengah menjawab salam dan membukakan pintu untuk anak itu. Dalam campur aduknya rasa penasaran kenyataan ditambah akan ketidak tahuannya, ia memutuskan untuk juga masuk ke dalam rumah itu.

Ia mengetuk pintu sembari memberi salam yang disambut jawaban salam dari anak kecil juga istrinya itu. Ternyata 11 tahun tetap membuat mereka saling ingat satu sama lain. Kemudian ia pun memeluk rindu istrinya, dan bertanya tentang anak kecil yang juga masuk sebelum kedatangannya..
 Dijawab oleh istrinya, “dia adalah rizki yang diberikan Allah kepada kita yang telah aku jaga seperti yang engkau seperti pesan yang engkau katakan sebelum pergimu.”

Sulit dibayangkan, 11 tahun tanpa kabar entah suaminya itu masih hidup atau tinggal nama. Hamil-melahirkan-mendidik anak dalam sendirinya. Belum lagi kesetiaannya. Plus anaknya ternyata jadi anak sholih yang dikenal dengan luasnya ilmu, yaitu beliau adalah Imam Malik (guru dari Imam Syafii).

 Seketika itu suaminya teringat-ingat An Nisa 19 yang dibacakan istrinya dulu dan ternyata Allah tak pernah ingkar janji, Allah membuktikan balasan yang begitu manis akan kesabaran, kelapangan, juga keikhlasanya menerima istrinya itu.

Kesempurnaan hanya milik Allah. Ketika menikah nanti harus menyiapkan diri dengan ketidaksempurnaan pasangan kita. Sebab jika mencari yang sempurna pasti tak akan pernah ada. Tetapi pernikahan itu ada untuk saling menyempurnakan satu sama lain. Jika ia sempurna tanpa sedikitpun kelemahan maka apa arti adanya kita di sisinya ? Jika kita mencintainya karena kelebihan atau sempurnanya maka setiap orang di luar kita pun bisa melakukannya, tetapi hanya ada satu yang bisa mencinta dan bersabar dalam lemahnya kita yaitu pasangan yang menikahi kita.

Carilah pasangan iman kita, ukurannya iman. Dalam pernikahan harus dan butuh ada kesertaan iman. Jika ujian hadir maka imanlah yang mengokohkan pelayaran dalam badainya. Kesetiaan iman menghasilkan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Hakikat pernikahan itu memperbaiki keimanan juga meningkatkan iman. Hadistnya menikah itu mengenapkan separuh agama. Artinya jika setelah menikah keimanan kita menurun maka perlu dicek, kemungkinan ada yang salah dalam pilihan atau prosesnya.
Maka dari itu setelah menikah sepasang pengantin disunnahkan untuk sholat dua rakaat kemudia sang suami berdoa agar Allah menyatukan dalam kebaikan dan jika pun berpisah itu juga karena kebaikan. Begitupun doa yg disunnahkan untuk kedua mempelai dari hadirin yang memiliki arti bahwa dalam pernikahan tidak selamanya diisi dengan kebahagiaan tetapi dalam bahagia Allah menurunkan berkahNya juga ketika ada ujian dalam kesabaran Allah pun senantiasa memberkahi keduanya.

Tujuan pernikahan;
1. Ridho Allah dengan saling menasehati dalam kebenaran
2. Saling menasehati dalam kesabaran
3. Saling menasehati dalam berkasih sayang Ar~Rum 21
4. Keturunan
5. Membentuk masyarakat terkecil

Kedewasaan seseorang dilihat dari kemampuan ia membangun relasi. Relasi dengan pasangan, anak, mertua, ipar, nenek/kakek, dll. Sedangkan kematangan seseorang ditentukan oleh kematangan spiritualnya.
Pendidikan anak bukan dimulai sejak ia bayi atau dalam kandungan tetapi dimulai dari memilih pasangan. Pilih ia yang tak hanya menjadi pasangan untuk diri kita tetapi cari ayah/ibu untuk anak-anak kelak. Mengapa?? Karena pembentukan bagaimana anak kelak bergantung kepada siapa orang tuanya. Contoh kecerdasan seorang anak pada umumnya diwariskan dari kecerdasan ibunya.

Membahagiakan anak dengan membahagiakan pasangan kita. Tidak ada anak yang akan berbahagia jika orang tuanya bersedih. Oleh karenanya perlu dibangun hubungan yg kuat antara suami dan istri. Meski kecenderungan istri terkadang lebih dominan ke arah anak tetapi surga seorang istri ada dalam ridhanya suami, sehingga mempererat hubungan dg suami lebih diutamakan.

Posisi kedua yang harus dihargai oleh suami setelah Allah dan RasulNya untuk beroleh surgaNya adalah ibunya. Tetapi posisi kedua yang harus dihargai seorang istri setelah Allah dan RasulNya untuk beroleh surga adalah suaminya.

Arti lainnya bagi seorang istri, suami itu bosnya sedang ibu mertua itu big bosnya. Berdoalah mendapat pasangan yg menyenangkan hati juga mertua yg lebih menyenangkan hati ^^

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Bukan pasangan Sempurna

pagi-pagi udah dapat ilmu dari ust shidiq...diabadikan dulu lah..ntar akan berguna..#eeeaaa

1. Hadirnya dia bukan soal pandainya kita, tapi Allah yang mengarahkan hatinya pada kita #BukanPasanganSempurna
 
 2. Lalu dia menjadi sosok yang bersanding di hati, tanpa kita tahu sebelumnya dia siapa #BukanPasanganSempurna
 

3.       Dia duduk terdiam di depan kita, hanya ingin diyakinkan bahwa memang tepat untuk kita #BukanPasanganSempurna

4.       Sebulan dua bulan merenda cinta dari benang yang sama, ketulusan dan kesabaran menerimanya #BukanPasanganSempurna

5.       Setiap orang punya momen buruk, apakah dengan satu keburukan kita akan melupakan momen baik bersamanya #BukanPasanganSempurna

6.       Ia bukanlah toserba, semua yang kita butuhkan ada padanya. Ada kalanya dia bilang, maaf aku tak punya #BukanPasanganSempurna

7.       Kadang pendengarannya tak cukup mampu menangkap maksud kita #BukanPasanganSempurna

8.       Kadang tangannya tak seberapa kuat menahan beban kita. Dan dia tetap berusaha utk membuat kita bahagia #BukanPasanganSempurna

9.       Kadang matanya tak seberapa awas melihat lobang mengaga di depannya, padahal dia membawa kita sebagai penumpangnya #BukanPasanganSempurna

10.   Kadang lisannya tak seberapa pintar mengungkapkan perasaannya, tapi kita paham apa yg dia katakan #BukanPasanganSempurna

11.   Kita sering menuntut dia tuk Wow, padahal kita tidak pernah bisa WOW di matanya #BukanPasanganSempurna

12.   Mungkin dia bukan sosok romantis, tapi tahukah kita selama ini dia berusaha untuk itu? #BukanPasanganSempurna

13.   Mungkin dia bukan sosok paling bisa diandalkan, tapi tahukah selama ini dia mencoba tidak mengecewakan kita? #BukanPasanganSempurna

14.   Kadang dia nampak membingungkan, tahukah dia bingung karena memikirkan kita? #BukanPasanganSempurna

15.   Ia akan hadir melengkapi kekurangan kita, sebagaimana kita hadir melengkapi kekurangan dia #BukanPasanganSempurna

16.   Jika jalan pernikahan tak semulus yg diharapkan, maka doa dan sabar serta shalat akan jadi penolong kita #BukanPasanganSempurna

17.   Jika kata kata indah sudah tak lagi mempan, maka dibutuhkan semangat perubahan menjadi lebih baik di masa mendatang #BukanPasanganSempurna

18.   Suami mungkin tidak selihai politikus dlm berjanji, karena dia terlalu jujur pada hatimu #BukanPasanganSempurna

19.   Jika suami tak pandai memotivasi seperti motivator, karena ia hanya ingin terlihat aseli di matamu #BukanPasanganSempurna

20.   Dia mungkin tak pandai meramaikan suasana bak MC, tapi dia tahu kapan berada di sisimu selalu #BukanPasanganSempurna

21.   Dia tak bersuara merdu bak penyanyi pujaanmu, tapi dia tahu kapan berbisik lirih di telingamu #BukanPasanganSempurna

22.   Dia mungkin tak segagah atlit, tapi dia akan berusaha terus menerus bersamamu bahkan di saat kau sakit #BukanPasanganSempurna

23.   Dia mungkin galak, tapi galaknya itu karena ingin menjaga mutiara tetap di hatimu #BukanPasanganSempurna

24.   Mungkin banyak orang yang lebih cakep, tapi dia adalah amanah bagimu. Dia layak tuk kita muliakan #BukanPasanganSempurna

25.   Mungkin banyak lelaki yg lebih gagah, tapi dia paling gagah dengan segenap cintanya padamu #BukanPasanganSempurna

26.   Maka mhonlah ampun atas kurangmu memuliakan pasanganmu. karena mereka ada tuk bahagianya kita. #BukanPasanganSempurna

27.   Saat dia tidur tataplah wajahnya. Itulah wajah yang selama ini berusaha membahagiakanmu dengan tulusnya dia #BukanPasanganSempurna

28.   Maka sediakan dirimu tuk membantunya, menjadi hamba yang ingin nampak sempurna di hadapan Rabbnya #BukanPasanganSempurna

29.   Mungkin byk wanita yg lbh cantik dr istri kita, tp istri itu amanah yg harus kita jaga. Dia layak mdpt kesetian kita. #BukanPasanganSempurna

30.   Dia tidak minta dilahirkan tak sempurna, maka kenapa dia harus disalahkan atas ketidaksempurnaannya? #BukanPasanganSempurna

31.   Lepaskan egomu, dia memilihmu sebagaimana kamu memilihnya. Lengkap dengan lebih dan kurangnya kamu #BukanPasanganSempurna

32.   Jangan lihat pada gosongnya kue yg dia masak, tapi lihat betapa dia sungguh2 mempersiapkan makanan itu sebelumnya #BukanPasanganSempurna



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Followers