RSS

tak perlu

Nantinya, kita tak perlu membaca buku yang sama.
Aku memahami cara berpikirmu, bukan ia yang menulis buku di hadapanmu itu.
Nantinya, kita tak perlu menikmati jenis masakan yang sama.
Bukankah di dunia ini memang begitu banyak bumbu?
Nantinya, kita tak perlu jatuh cinta pada langit yang sama.
Pagi atau senja, sama-sama cantiknya.
Nantinya, kita pun tak perlu jatuh cinta pada Bumi yang sama.
Timur atau barat, sama-sama dalam kuasa-Nya.
Nantinya, kita tak perlu sibuk dengan hobi yang sama.
Kau tahu, bahagia itu memang timbul dengan banyak cara.
Nantinya, kita tak perlu menikmati kopi dengan cara yang sama.
Kopimu tawar tanpa gula. Aku, sebaliknya.
Bahkan, tak perlu suka keduanya.
Bisa jadi, kau justru membencinya. Tidak masalah.
Nantinya, kita pun tak perlu selalu satu suara.
Ada kalanya suarakulah yang kau tinggikan, meski kecenderunganku pada perasaan, bukan rasionalitas.
Nantinya, kita memang harus siap dengan segala pertidaksamaan.
Sebab nantinya, hidup yang kita jalani seperti Aljabar, tidak melulu tentang persamaan.
Nantinya, kita memang tak perlu memiliki banyak kesamaan.
Sebab apa jadinya pelangi jika ia berwarna merah semua?
Dan nantinya, kita hanya butuhkan ini yang sama.
Ini, yang mereka sebut cinta.
Cinta kita adalah cinta karena-Nya.
Kita masih satu frekuensi, kan?
Sefrekuensi menuju Surga-Nya
Jika frekuensi kita tak senada,
mungkin ini saatnya berbenah.
Agar untuk soal ini, kita sama.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

lagi-lagi masalah yang itu

"Kalau suatu saat nanti suami minta izin buat nikah lagi, kamu kasih?"

seorang perempuan pernah bertanya demikian padaku. kami sedang berada dalam perbincangan alot tentang poligami. banyak pertanyaan yang muncul darinya, dan ini seperti permainan Siapa Berani, semakin lama pertanyaan yang diajukan semakin sulit, mulai dari "Kenapa Islam membolehkan?" sampai pertanyaan yang paling sulit, "Kalau suatu saat nanti suami minta izin buat nikah lagi, kamu kasih?"


 Setelah diam cukup lama, aku menjawab, “Jujur, aku tidak tahu.”

kami pun melanjutkan perbincangan dengan melibatkan lebih banyak perasaan.

"Aku tidak bisa katakan tidak, karena Tuhanku saja membolehkan. Aku juga belum sampai hati berkata Iya, aku perempuan normal, perasaan adalah senjata utamaku."

"Jadi, bagaimana?" perempuan itu masih menungguku.

"Begini, aku tidak tahu apakah hari itu akan datang. Maksudku, hari dimana suamiku meminta izin untuk menikah lagi. Tapi aku bisa pastikan, bahwa aku akan berusaha menjadi istri yang terbaik baginya, yang taat, yang siap diajak senang maupun susah, yang memperhatikan dan mengurus keluarga dari mulai bangun tidur sampai tidur lagi setiap harinya. Aku akan jadikan diriku mencukupi segala kebutuhan dan melengkapi segala kekurangannya, dengan demikian, semoga hari itu tidak akan pernah datang dan aku tidak perlu menjawab pertanyaan itu, karena aku seorang sudahlah cukup.”

"Maksudnya? Jadi kamu tidak mau dipoligami nih?" tanya perempuan itu, mencari kepastian

"Kau tahu? Aku mencoba mengambil pelajaran. Barangkali Tuhanku membolehkan poligami untuk membuat para perempuan terpacu untuk selalu berusaha menjadi istri yang terbaik untuk suaminya, yang mencukupi suaminya setiap saat.  Bukankah pencarian kedua bisa jadi berawal dari perasaan berkekurangan yang ada pada pencarian pertama? Jika yang pertama sudah mencukupi, maka tidak ada alasan untuk yang kedua atau seterusnya.”

"Kau tahu? Aku tetap menentang poligami." ujar perempuan itu mantap

Perbincangan pun berakhir. Perempuan itu tetap dalam pendirian menentang poligami, dan aku tetap dalam keyakinan bahwa Allah Maha Adil pada laki-laki dan perempuan. 

dan aku sudah cukup lelah membahas tentang topik yang satu ini. jd jangan memancing, karena keyakinan dan prinsipku takkan berubah.-_-"

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

ngak ada salahnya

Pada suatu masa dalam hidup. Aku memiliki teman, laki-laki dan perempuan, yang keduanya saling memiliki perasaan namun keduanya tidak saling mengetahui.
Aku yang mengetahui dari tingkah cara matanya menatap atau cara bicaranya yang tiba-tiba berubah. Selebihnya semua berjalan seolah tidak terjadi apa-apa.

Keduanya memiliki prinsip yang sama, menolak pacaran se-islami apapun embel-embel dan argumentasi orang-orang yang berusaha mencari pembenaran. Aku mengamati keduanya hingga hari ini.
Keduanya adalah orang-orang yang sabar. Keduanya adalah orang-orang yang tulus. Perasaan adalah sesuatu yang fitrah, sesuatu yang suci. Yang menjadikannya buruk adalah perbuatan manusia. Cara seseorang menyikapi perasaannya menunjukkan tingkat pemahaman dan cara berpikirnya.

Temanku ini telah menunjukkan pemahaman terbaik yang pernah saya temui. Dia tidak menjadikan perasaannya sesuatu yang membuatnya pusing. Tidak karena perasaannya dia menjadi pribadi yang ragu-ragu. Dia tidak terlalu meladeni perasaannya dengan perbuatan-perbuatan tidak baik. Tidak pula berangan-angan.
Aku tahu dia sedang memperbaiki diri, kini bacaan kitabnya semakin banyak saja. Puasa senin kamisnya semakin rajin. Katanya, sesiapa yang belum siap menjalin ikatan mitsaqan ghaliza, disunahkan puasa senin kamis.

Perasaan itu fitrah, tidak perlu dan memang tidak bisa dihindari. Dia bisa datang kepada siapa saja tidak peduli penjahat kelas kakap ataupun aktivis dakwah garis keras. Yang membedakan adalah cara menyikapinya.

Banyak orang yang menindaklanjutinya dengan pdkt (seperti yang sering kita lihat) dan pacaran. Ada yang diam-diam menyimpannya dan mendoakan, Ada yang memilih taaruf terang-terangan dan melamarnya.

Nilai kesucian itu menjadi tanggungjawab sang pemilik rasa. Apakah mempertahannkannya sampai selesai atau merusakan kesuciannya ditengah jalan.
Apa yang menjadi sebab seseorang memiliki rasa satu sama lain sulit untuk aku ketahui, pertanyaan itu hanya bisa dijawab apabila kedua orang terikat menjadi satu.
Tidak ada yang salah dengan memiliki perasaan. Yang menjadikannya benar dan salah adalah cara menyikapinya :)



cc:bang kurniawan

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

just say hello...

Bismillahirrohmanirrohiim...


aaah, udah lama ya ngak ngeblog? sebenarnya banyak hal yang ingin ditulis, yang ingin diceritakan, tapi berhubung belakangan aktifitas yang padat, terutama menjelang kelulusan ini *dikeplak massa*, maka untuk sementara ngak bisa berbagi apa-apa..

lagian mau niru-niru kakak-kakak tetangga sebelah, yang sengaja ngak update blog dalam masa-masa persiapan pernikahan #eh... apa hubungannya coba?

yasudahlah, dari pada jadi ngelindur mendingan mundur..^__^


 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Followers